CITA-CITA, KERAGUAN DAN KERTAS KOSONG


Oleh : Rama Andriawan

Setiap manusia tentu punya keinginan. Saat manusia tercipta, begitu bersih tanpa setitik noda. Ketika pertama kali menghirup udara., sesungguhnya manusia telah membawa lembaran kertas kosong. Lembaran tersebut merupakan bekal untuk menuliskan sebuah harapan dari sejak ia kecil hingga dewasa.

Ketika saya ditanya tentang cita-cita, maka akan saya jawab : “ Ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.” Itu jawaban saya saat sekolah dasar dulu. Satu lembaran kertas kosong telah saya tulis dengan satu cita-cita.

Sekarang saya bingung, ketika orang meminta saya untuk mendeskripsikan apa arti ‘Berguna Bagi Nusa dan Bangsa.’ Ternyata, tak cukup satu lembaran kertas kosong. Pertama, saya buka lembaran kertas yang kedua. Lalu, saya mencoba tuliskan. Saya merasa pengertian dari ‘Berguna Bagi Nusa dan Bangsa’ masih kurang tepat.

Lantas saya merobek kertas itu. Hingga di kertas yang kelima, arti dari ‘Berguna Bagi Nusa dan Bangsa’ belum juga saya temukan. Toh, akhirnya banyak lembaran kertas jadi terbuang.

Belakangan saya sering murung, entah kenapa keraguan merasuki hati saya. Padahal, saya sudah berjanji untuk menaklukkannya. Tapi, kebimbangan hati semakin menjadi.

Karena keraguan, kalimat-kalimat yang tak pantas diucapkan banyak saya tuliskan di lembaran kertas kosong. Begitu kuatnya keraguan memaksa hati saya untuk menuliskan hal-hal yang tak berguna di lembaran kertas kosong tersebut.

Rasanya, lembaran kertas kosong yang saya bawa seolah tidak bermakna. Hidup seakan terombang-ambing. Tak tahu apa yang saya cari dalam hidup ini. Benar-benar memprihatinkan.

Bayangkan saja, dalam hitungan menit saya menghabiskan ratusan lembaran kertas kosong. Dalam hitungan menit pula banyak hal yang ingin saya tuliskan.

Dan, sampai sekarang di usia saya yang semakin dewasa. Saya masih terus berusaha mencari arti dari cita-cita tersebut. Dilain hal, hati saya masih terus di hantui keraguan. Namun, jawaban semua itu belum bisa saya tuliskan di lembaran kertas kosong.

Lantas, saya tidak mau larut. Antara cita-cita dan keraguan adalah dua sisi yang berbeda yang masih bisa di daur ulang. Lembaran kertas kosong yang saya bawa juga tidak akan habis selama Tuhan masih mengizinkan saya menghirup udara ciptaan-Nya.

Jika hari ini, saya masih ngotot ingin menjadi orang yang ‘Berguna Bagi Nusa dan Bangsa.’ Mungkin besok tidak. Bisa saja saya menjadi orang yang paling durhaka diantara banyak bangsa. Bila keraguan masih melekat di hati saya. Anda jangan kaget, kalau lusa saya menjadi orang yang super pede sejagat raya.

Terserah saya. Ini kertas saya. Mau dibuat bermakna atau hanya coret-coret saja. Tergantung hati dan pikiran saya! Jadi, Anda mau apa? Sukak-sukak kulah!!

peluang usaha

peluang usaha